Mengajar Fisika dengan Metode
Pemanfaatan Imajinasi
Imajinasi lebih utama daripada
pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi melingkupi
dunia. -Albert Enstein-
Fisika
adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang harus dibuat menyenangkan bagi
siswa. Dari segi materi, mata pelajaran fisika
mengacu pada hitungan sistematis terhadap semua hal yang berkaitan dengan
fisika itu sendiri. Artinya, fisika tidak akan pernah lepas dari logika dan
angka. Banyak rumus, pemahaman, dan pengaplikasian fisika yang harus siswa
kuasai dalam mempelajari fisika di sekolah. Hal tersebut tidak akan menjadi
masalah jika terdapat seorang guru yang berkemampuan, profesional, dan memiliki
inovasi dalam pembelajaran sehingga mampu mengajak dan mengajarkan pemahaman-pemahaman
fisika secara baik kepada siswa.
Guru fisika di kelas adalah “Bos yang
menyenangkan” artinya kegiatan belajar mengajar di kelas dikelola sedemikian
rupa oleh guru sehingga
suasana
kelas pada saat proses pembelajaran tidak terlalu kaku dan terkesan menyenangkan bagi siswa untuk
menunjang penyerapan materi yang sedang dipelajari. Hal ini ditegaskan oleh Hidayat
(2011:4) bahwa guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi
pembelajaran dan keilmuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerjanya
selama transformasi pembelajaran. Pada konteks transformasi pembelajaran inilah
guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola sumber daya kelas seperti ruang
kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas, siswa, dan interaksi sinergisnya.
Dengan adanya metode yang tepat dari seorang guru, siswa akan berpikir bahwa mempelajari fisika itu adalah hal yang
menyenangkan.
Langkah pertama yang harus dilakukan
seorang guru untuk mengajarkan fisika adalah bagaimana membuat mindset siswa yang selama ini menakuti
pelajaran fisika. Hal ini terjadi karena
penyampaian fisika pada saat pembelajaran terkesan membosankan, memusingkan, dan menakutkan dengan alasan gurunya
tidak ramah atau mungkin karena berbagai alasan lainnya. “Fisika itu
Menyenangkan” itulah kata yang harus guru tanamkan kepada siswa tentang fisika.
Salah satu cara yang bisa guru lakukan agar siswa senang dan tertarik terhadap
fisika adalah dengan mengajak siswa berimajinasi tentang materi fisika yang
sedang dipelajari. Albert Einstein mengemukakan bahwa “Imajinasi melingkupi dunia”.
Ini berarti dengan imajinasi tidak ada batasan bagi kita untuk mengeksplorasi
bumi, mengeksplorasi dunia beserta isinya. Dengan mengetahui hal tersebut, kita
gunakan imajinasi dalam pengajaran fisika sehingga ruang lingkup pembelajaran
fisika tidak hanya sebatas materi yang sedang diajarkan, melainkan berkaitan
satu dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh, kita tahu bahwa hukum
Newton kedua yang mempunyai rumus F = m x a. Bagaimana seseorang mengangkat
benda yang beratnya sekian dengan mengeluarkan energi yang besarnya sekian, kemudian
kita ajak siswa untuk membandingkan apa yang terjadi jika kita mengangkat benda
dengan berat dan energi yang sama besar di bulan. Apakah hal yang sama akan
terjadi? Apakah berat benda dan energi yang dikeluarkan harus sama besar dibandingkan
dengan pada saat kita melakukannya di bumi? Apa yang memengaruhi hal tersebut?.
Contoh lain adalah saat siswa mempelajari
struktur atom dengan tidak menggunakan perangkat seperti mikroskop elektron. Guru dituntut untuk menggambarkan dan mengajak siswa untuk membayangkan bagaimana
bentuk dan letak bagian-bagian atom
itu seperti proton, neutron, dan elektron.
Teori-teori fisika yang ada saat ini tidak lepas dari imajinasi dan rasa
keingintahuan para ilmuan tentang fenomena-fenomena alam. Diharapkan dengan imajinasi, siswa lebih menyukai pelajaran fisika dan lebih
paham tentang konsep yang diajarkan. Dalam praktiknya, akan timbul rasa keingintahuan siswa tentang penjelasan fenomena alam yang mereka
lihat kemudian
timbul juga keinginan untuk menggali
ilmu fisika sehingga siswa bisa menghubungkannya dengan fenomena alam tersebut.
Dalam rangka mengembangkan
pemanfaatan imajinasi dalam proses pembelajaran fisika, terdapat beberapa
metode yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah model pembelajaran yang
disebutkan oleh Hidayat (2010) yaitu model pembelajaran “Example Non Example”.
Model pembelajaran ini memberikan rangsangan kepada siswa untuk dapat
menganalisa dan memecahkan suatu masalah dengan memberikan kasus/gambar (yang
relevan dengan kompetensi dasar). Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
2.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
melalui media elektronik.
3.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar.
4.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya.
6.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.