Bismillahirrahmanirrahim
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Az – Zumar
: 53 )
Hidup secara benar di dunia ini
memang penuh perjuangan. Sebab mayoritas manusia berkecendrungan tidak benar
atau tidak sadar. Berjuang, nampaknya merupakan hakikat hidup manusia, apalagi
bagi manusia yang sudah jelas arah hidupnya, konkret cita – citanya, juga
kemauannya. Berjuang dalam hal ini berarti mewujudkan keadaan sehingga menjadi
ideal, atau minimal berjuang mengatasi masalah yang menghambat langkah kita.
Sementara, yang kita ketahui masalah hidup selalu ada menanti kita. Ketika kita
telah dikatakan selesai menjalani satu masalah, akan datang masalah lain yang
senantiasa menanti.
Banyak dan beragamnya masalah
yang menghadang kehidupan kita merupakan lahan bagi kita untuk memperjuangkan
hidup kita akan lebih baik, benar, juga lebih indah. Oleh karena itu, sungguh
terlarang bagi kita untuk berputus asa bila tertumbuk masalah yang besar.
Larangan ini tidak hanya karena sikap berputus – asa bisa menciptakan hal – hal
negative yang bersifat destruktif bagi jiwa dan hidup kita.
Menjalani hidup berarti
menghadapi masalah yang menghadangnya.
Kadang masalah kecil dan kadang besar. Apapun masalah yang hadir dihadapan kita
sesungguhnya bisa kita hadapi dengan penuh keyakinan. Sebab, Allah SWT , dzat
yang memberikan cobaan masalah bagi kita tentu ada tujuannya, dan tidak mungkin
masalah yang kita alami ini diluar perkiraan yang mana kita dapat melewatinya.
Seperti dijelasakan dalam firman Allah Surat Al – Baqarah ayat 286 :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya ….”
Renungan dari firman ini adalah
setiap masalah yang dihadapi seseorang sudah di format sesuai dengan orang
ersebut. Masalahnya kemudian adalah, apakah orang tersebut meyakini bahwa sesungguhnya dirinya mampu berusaha
dengan maksimal.
Mari kita urai, masalah apa yang
sesungguhnya mengahadang kita dan bagaimana solusinya ?
Pertama,apakah sumber masalah itu
datang dari kita sendiri ? Jika benar demikian, maka solusinya hanya dengan
cara mengubah kebiasaan kita, misalnya malas, boros, takut, serakah, dan lain – lain.
Kedua,apakah sumber masalah itu menyangkut perilaku orang lain ?
Jika benar, maka solusinya adalah dengan cara mengubah metode pengaruh kita
terhadap orang lain. Misalnya pengaruh kita terhadap teman, tetangga, dll.
Ketiga,apakah masalah itu menyangkut diluar kendali kita ? Jika
benar demikian, maka solusinya adalah dengan cara mengubah cara pandang kita
terhadapnya sebab hal itu bisa diterima. Misalnya gempa bumi, gunung meletus,
dan lain – lain.
Apapun
masalah kita dan seberapa pun skalanya, sungguh tidak pantas membuat kita
berputus asa. Oleh karena itu, untuk mengatasi agar tidak terjerumus dalam
keputus – asaan. Dukungan dan perhatian keluarga memang sangat penting dan
sangat dubutuhkan. Allah menjelaskan tentang adanya larangan berputus – asa
dalm segala hal, dalam surat Yusuf ayat 87 :
“… Dan janganlah berputus – asa dari Rahmat Allah, sebab sesungguhnya
tidak akan berputus – asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kufur “
Berputus
asa termasuk golongan yang kufur ? inilah penggolongan resmi dari Allah yang
pasti benar, tegas perlu kita cermati. Barangsiapa berputus asa niscaya
tergolong kaum yang kufur. Kufur disini berarti mengingkari nikmat yang telah
diberikan oleh Allah kepadanya. Seharusnya kita yakin bahwa kita pasti mampu
untuk melewati semua ujian yang diberikan Allah dengan badan yang sehat ini,
tidak kekurangan sesuatu apapun. Kita lihat orang lain, orang yang cacat fisik
saja banyak yang mempunyai semangat yang tinggi selama menjalani hidupnya.
Sedangkan kita ? hanya ditimpa masalah sepele saja kita sudah banyak mengeluh
dan banyak sekali berbuat yang tidak seharusnya.
Seseorang
yang berputus asa berarti telah menutup dirinya dari proses hidup yang bergerak
san terus berkembang. Seseorang yang berputus asa adalah seorang yang jiwanya
mati atau mematikan diri sendiri. Sebagai akibatnya adalah, ketidak-maknaan
hidupnya, bahkan tidak sedikit yang juga berusaha merusak lingkungan
sekitarnya, atau bahkan mengakhiri hidupnya sendiri.
Mudah
– mudahan kita terjauh dari sifat putus – asa tadi. Mari kata selalu berusaha
meningkatkan sikap mental yang positif dalam menghadapi semua permasalahan
hidup, tentunya dengan cara meningkatkan keimanan kita. Berdoa sesudah sholat
adalah salah satu cara meningkatkan sikap mental posotif.
Subhanallah ( Maha suci Allah ), berarti meniadakan pandangan negative dan
buruk sangka terhadap Allah.
Alhamdulillah ( Segala puji bagi
Allah ), berarti menanamkan prasangka baik dan sikap positif.
AllahuAkbar ( Allah Maha Besar ), berarti menegaskan diri bahwa selain Allah SWT
itu adalah kecil dan tak berarti apa – apa, serta bertekad menjalani hidup
dengan keyakinan bersama Allah.
*Wallahu’alam Bisshawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar